Agen Bola Terpercaya -
Aku mempunyai sahabat sedari kecil, kami tumbuh bersama, kenakalan kecil, belajar mabuk, melamar pekerjaan, bahkan main cewek pun kami berangkat bersama. Hengky memang ganteng dan lumayan playboy. Yang aku tahu pasti, dia termasuk hiper. Two in one selalu menjadi menu wajib kalo kami mampir ke jl Mayjen Sungkono, Surabaya.
Dia juga mempunyai banyak teman mahasiswi yang ‘siap pakai’ dan lucunya dia sering menawari aku bercinta dengan gadis mahasiswinya di depan hidungnya. Terkadang dia mengajak threesome. Aku sih ok ok saja, why not… enak kok. Dan lagi, ketika itu aku cuma karyawan swasta yang bergaji kecil, sedang Hengky sudah memiliki usaha sendiri yang cukup sukses.
Sayang sekali di umur 35, sahabatku ini mengalami kecelakaan yang membuat dia terpaksa menggunakan kursi roda. Padahal dia baru 2 tahun menikah dan dikaruniai satu anak laki-laki yang cukup lucu.
Peristiwa ini benar-benar membanting dirinya, untunglah Widya adalah istri yang setia dan selalu memompa semangat hidupnya agar Hengky tidak menyerah. Sebagai sahabat, aku pun tak bosan-bosannya menghibur agar dia mau mencoba mengikuti terapi.
Seperti biasa, di malam minggu, aku main ke rumahnya, daripada ngluyur nggak karuan, maklum setua ini aku masih membujang.
“Sam, elo masih ingat jaman kita gila dulu? Minimal gue selalu ambil dua cewek, hahaha… dan mereka selalu ampun-ampun kalo gue ajak lembur.” Hengky tersenyum-senyum sendiri. Aku memahami, rupanya Hengky terguncang karena kemampuan sex yang dibanggakannya mendadak tercerabut dari dirinya. “Sam, gue harus sampaikan sesuatu ke elo… kenapa gue selalu bicara tentang sex ke elo. Ehm… gini, gue kesian sama Widya… dia istri yang baik dan setia, tetapi gue tidak mungkin memaksa dia untuk terus menerus mendampingi gue. Dia punya hak untuk bahagia. Dan lagi… Ehh… dan lagi…” Hengky terdiam cukup lama.
“Istriku masih muda, 25 tahun… gue nggak ingin dia nanti menyeleweng. Lebih baik kami berpisah baik-baik, dia bisa mendapatkan suami yang lebih baik.” matanya menerawang. ”Tetapi Widya tetap bersikukuh tidak mau. Baginya menikah cuma sekali dalam hidupnya. Tetapi gue kuatir, Sam… gue kuatir… karena… Ehhh, karena… Widya nafsunya besar. Bisa kamu bayangkan betapa tersiksanya dia. Kami dulu hampir setiap hari bercinta.” Hengky terdiam lagi, lama. “Kemarin dia bicara: ‘mas, aku nggak akan menyeleweng, karena cintaku sudah absolut. Kalo kamu memaksa untuk berpisah, aku tidak bisa. Memang kalau bicara sex, sangat berat bagiku. Tapi kita bisa mencoba pakai tangan kan, mas? Mas bisa puasin pakai tangan mas, pake lidah juga masih bisa… kita coba dulu, mas…’”
”Hhh… sebenarnya aku mau minta tolong kamu… pertama, kamu temanku, sudah seperti saudara sendiri, kamu belum menikah, kamu sekarang juga sudah nggak segila dulu… mungkin udah berhenti ya? Jadi aku minta tolong… bener-bener minta tolong… puaskan istriku…” kata Hengky, suaranya sedikit tercekat. “No.. no.. no.. nggak, Hen. Aku nggak mau. Maaf, aku gak bisa bantu yang seperti itu. Widya wanita baik-baik, aku melihatnya seperti malaikat. Dan aku sungguh menghormatinya. Sorry, aku pulang dulu, Hen… tolong pembicaraan ini jangan diteruskan.” aku menghindar. Widya adalah wanita sempurna, cantik, hatinya lembut, setia ke suami, tidak neko-neko, dan tubuhnya benar-benar sempurna. Hengky benar-benar sinting kalo aku diminta meniduri istrinya.
Tiga minggu kemudian, pagi-pagi aku mampir lagi ke rumahnya, aku pikir dia sudah tidak mau membicarakan itu lagi, ternyata aku salah. Kali ini dia memintaku sambil memohon, bahkan matanya berkaca-kaca. “Sam, please, bantu aku, kamu tidak kasihan lihat istriku? Kami sudah sepakat kalau kamu dan dia tidak perlu ML. Mungkin memuaskan dengan tangan atau lidah?” - Agen Poker Terpercaya -
“Hai, Wid… mana si kecil Herto, masih tidur ya?” tanyaku basa-basi.
“Hai, mas. Iya, Herto masih bobok… tumben datang pagi begini, udah sarapan belum?” Widya tersenyum lembut. Wajahnya hanya ber make-up tipis, begitu sempurna.
”Mmm, udah kok… Uum, aku bantu potongin anggrek ya? Dulu aku suka bantu ibuku merawat anggrek… ah, ini sepertinya kepanjangan, Wid… coba deh dipotong lebih pendek lagi, supaya lebih cepat berbunga.” kataku sok serius.
“Mas, aku sangat mencintai mas Hengky. Aku pun tahu dia sungguh mencintaiku. Dia adalah suami yang pertama dan terakhir…” suaranya tercekat, wajahnya menunduk. Tak kusangka Widya bicara langsung ke pokok persoalan. Ini lebih baik, karena semakin lama disini, aku semakin canggung.
“Aku sungguh berharap, mas Samuel tidak menganggapku wanita murahan. Mas Hengky bilang bahwa kalau melihat aku bahagia maka dia juga bahagia. Jadi nanti apa yang kita lakukan harus masih dalam koridor saling menghormati ya, mas…” kini matanya berkaca-kaca.
“Wid, aku ikuti apa maumu, kalau nanti kamu minta berhenti, aku berhenti. No hurt feeling… jangan kuatir aku tersinggung, kamu adalah wanita yang paling aku hormati setelah ibuku. Aku… aku akan memperlakukanmu dengan terhormat.“ bisikku.
Perlahan dia berbalik menghadapku sambil membuka gaunnya, ternyata di balik kimononya, Rini hanya memakai lingerie warna pink, G string plus stocking putih berenda. “ Aku tidak mau sembarangan untuk memulainya. Ini aku pakai juga untuk menghormati mas Samuel.” Widya berjalan perlahan ke arahku. Aku hanya bisa menahan nafas, dadaku sesak bergemuruh, rasanya sulit untuk bernafas, rasanya aku tidak akan bisa menyentuhnya, dia terlalu indah, Widya terlalu indah untukku… kakiku lemas.Dengan perlahan Widya membuka kancing bajuku, sedikit mengelus dadaku yang berbulu, wajahnya masih menunduk. Tanganku menyentuh rambutnya lembut, kemudian aku cium perlahan keningnya. Dengan bertelanjang dada, tanpa melepas celana panjangku, kutuntun Widya ke tempat tidur. Aku peluk lembut, aku ciumi keningnya berulang kali. Turun ke pelipis, lama aku cium di situ. Aku harus membuatnya rileks.
Matanya yang indah tampak berkaca-kaca. Hembusan nafasnya masih memburu, bergetar. Aku mengerti, Widya masih belum siap.
Aku bisikkan kata-kata lembut ke telinganya, ”Wid, kamu santai saja, aku nggak akan menyentuh yang nggak semestinya kok. Jangan kuatir, kita tidak terlalu jauh, ini hanya semacam perkenalan saja. Ok?“
“Ahhhhhh… mas… ahhhh…” nafasnya dihembuskan panjang, rupanya tadi dia terlalu tegang. Aku tetap mencium, tidak beranjak dari sekitaran pipi, kening, leher dan telinga. Sengaja tidak kucium bibirnya, takut membuat moodnya jadi hilang. Tetapi ternyata Widya sendiri yang mencari bibirku, dan mencium lembut perlahan. Badanku merasa meremang. - Agen BandarQ
Kemudian kami berpandangan dekat, matanya lekat menghunjam mataku, seperti mencari kepercayaan disitu. Ini adalah titik kritis, berhenti atau lanjut… Perlahan, Widya memejamkan matanya, bibirnya sedikit terbuka, aku mengerti kalau ini semua bisa berlanjut lebih jauh. Kucium lama dan lembut bibirnya yang indah itu. Perlahan bibirku turun ke leher, sedikit ke bawah. Turun… turun ke belahan dadanya yang ranum. Wanginya sungguh memabukkan. Widya hanya melenguh pelan, “Eehhhhh… mas…”
Tanganku mulai mengelus pahanya, aku gosok perlahan, tanganku berhenti ketika jemari Widya menyentuh tanganku. Ah, mungkin aku terlalu jauh… ternyata jemari Widya menggosok permukaan lenganku. Kulanjutkan lagi gosokan tanganku ke pangkal pahanya.
Kusentuh miss V-nya yang hangat. Aku tidak membuat gerakan yang tiba- tiba, semua harus mengalir lembut. Cukup lama jemariku menyentuh bulu- bulunya. Bibirnya terasa dingin, Widya sudah mulai terangsang… sambil masih mencium lembut bibirnya, jemariku mulai menyentuh klitorisnya. Begitu tersentuh, Widya langsung merintih, nafasnya memburu.
”Aaahhh… mas… aku… aku… ahhh… aku…” tubuhnya kembali menggeliat dan mengejang, jemarinya kuat meremas tangkai shower, sementara aku benar-benar tidak dapat menguasai diriku. Spermaku yang tertahan dari tadi akhirnya mau tak mau menyembur keluar, masuk jauh ke relung vaginanya.
”Mengapa aku tidak bisa menahannya?” Widya kembali jongkok dan kini membersihkan lelehan spremaku dengan lidahnya. Aduh, aku merasa geli sekali. Dia kocok-kocok lagi agar semua spermaku keluar. Kemudian mengakhirinya dengan sedotan panjang di ujung batangku.
”Ahhh… Widya… kenapa aku harus ejakulasi?”
Selesai bebersih diri dan memakai baju, kami keluar kamar. Rupanya Hengky sudah menunggu di depan TV, dia tersenyum dari kejauhan. Aku merasa jengah, merasa tidak enak. Sementara Widya menunduk dan berjalan ragu ke sebelah suaminya.
Dari kursi rodanya, Hengky memeluk pinggang istrinya. ”Terima kasih, Sam, kamu sahabat yang baik. Aku sudah melihat percintaan kalian tadi. Aku berharap kamu tidak keberatan untuk meneruskan nanti.”
Aku hanya mengangguk pelan. Bisakah aku hanya bertahan murni bercinta tanpa melibatkan perasaan? Aku tidak yakin dengan diriku. Aku tidak yakin nanti tidak jatuh cinta kepada Widya… dan aku yakin Widya pun mempunyai perasaan yang sama. Sorot matanya ketika bercinta tadi menunjukkan itu.
Bolapartai99.com Agen Bola, Taruhan Bola, Poker Domino, Togel, Casino Terpercaya
- Minimal Pasang Taruhan Rp.10.000,-
- Minimal Deposit Rp.50.000,-
- Minimal Withdraw Rp.50.000,-
- Proses Deposit dan Withdraw Cukup 3 Menit
- Bonus Cashback Sportbook Up To 15%
- Bonus Rollingan Casino 0.8%
- Promo Bonus Referal 3%
- Promo Bonus Rollingan Poker 0.3%
CONTACT RESMI PARTAI99
- WA : +85587419560
- LINE : Partai99






0 Komentar